NKRI harga Mati dan Papua Harga Mati,Kalimat ini yang terlontar dalam sebuah Diskusi Jakarta Lawyers Club di TV One malam ini dengan Narasumber di antaranya Dirjen Otda Prof.Djohermansyah Johan yang juga selaku Ketua IKAPTK (Ikatan Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan), Prof.Ryas Rasyid (Senior ku juga..), Mantan Walikota Jayapura dll.
Kisruh di tanah Papua kembali terjadi,dan kesekian kalinya juga terjadi di Timika yang disitu terdapat sebuah Perusahaan Tambang milik Amerika yakni PT.Freeport.
Dalam dialog itu dijelaskan tentang Kronologis Otsus yang diberikan kepada Papua, yang disampaikan bahwa Otsus itu pada awalnya karena adanya keinginan masyarakat papua untuk merdeka seperti hal nya Timor Timur dulu. Tentu awalnya langkah pemberian Otsus ini di ambil sebagai jalan tengah agar Papua tetap berada dalam NKRI.
Keinginan Papua untuk memisahkan dari NKRI sebenarnya bukan semata-mata karena mereka merasa diri sudah merdeka pada Tahun 1961, akan tetapi juga mereka merasa dirinya bukan lah dalam rumpun yang sama dengan Indonesia pada umumnya juga ada opini bahwa mereka merasa di anak tirikan dari negara ini baik dari segi peluang,kesejahteraan dll.
Teringat beberapa kawan papua saya beberapa tahun lalu,di antara mereka saling mengucapkan "Merdeka" dan bersalaman sambil berpelukan , setalah saya tanyakan bahwa saat itu adalah HUT Papua Merdeka dan mereka menunjukan dalam dompetnya terdapat Bendera Bintang Kejora. Saat itu saya kaget kenapa mereka tidak memiliki rasa kebangsaan sebagai satu dalam wadah NKRI. Ya..setelah dipikir lagi...adalah suatu hal yang wajar karena kondisi sebenarnya kesenjangan itulah yang terjadi.
Ryas Rasyid menyampaikan bahwa Rakyat Papua seperti ini karena mereka tidak ada ras memiliki akan Indonesia karena mereka tidak merasakan Indonesia selama ini. Tentu kesenjangan pembangunan dan peluang dalam karir-karir strategis sangat minim mewakili rakyat papua.
Ini menjadi PR kita bersama, NKRI harus tetap dijunjung tinggi, kita Negara dengan keberagaman harus saling menjunjung rasa saling menghargai dan tentunya Pemerintah harus segera melakukan langkah dialog bersama Rakyat Papua menyelesaikan permasalahan yang terjadi,jangan di biarkan berlarut-larut karena takut nya akan ada intervensi dari pihak asing atau provokator yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Saat ini pun kita bisa melihat mulai banyak generasi muda papua yang disekolahkan ke Pulau Jawa, tentu hal ini merupakan suatu hal yang positif untuk memberikan kesempatan pada rakyat papua mengenyam pendidikan yang layak serta fasilitas-fasilitas yang sangat jauh berbeda dengan di tempat asalnya,sehingga saat nya nanti para generasi muda ini dapat menjadi generasi pembaharuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat papua dan memperjuangkan hak-hak papua.
Sedikit mengulas tentang kesejangan pembangunan antara P.Jawa dengan wilayah Timur Indonesia. Saya pernah mengunjungi beberapa kota terpencil termasuk Pulau yang menjadi perbatasan dengan Philipina. Kesenjangan pembangunan,pendidikan dan informasi sangat dirasakan. Bangunan Sekolah yang rusak, jalanan berbatu yang sangat tidak mungkin dilalui kendaraan roda 4, Kantor Kelurahan yang hanya memiliki 1 bh Mesin Tik dengan Dinding dari susunan papan yg sudah lapuk dsb.
Inilah kondisi negara ini,kesenjangan memang selalu ada, smoga menjadi PR kita bersama mulai mengembangkan kemampuan diri membantu sesama mulai dari lingkungan terdekat kita.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
1 Komentar:
haduh om mlm katinggln pas nonton klah katiduran,,hahaha,,nice info om,,!!
Posting Komentar