Beberapa hari terakhir kembali terjadi peperangan antara Hamas dengan Israel tentu dengan permasalahan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya yaitu tentang perebutan wilayah palestina. Reaksi dunia yang mengecam terjadinya perang tersebut ternyata tidak di gubris oleh kedua belah pihak dengan alasan masing-masing. Kondisi perang saat ini dimana Israel menginvasi Gaza dengan kekuatan militernya secara terus menerus menjadi kecaman dunia, dimana alasan Israel melakukan serangan sebagai upaya balasan yang diawali dengan serangan Hamas sebelumnya.
Indonesia pun bereaksi akan keadaan ini, kita bisa lihat di TV ataupun Koran banyaknya unsur masyarakat yang mengatasnamakan Organisasi Kemasyarakatan dan Mahasiswa melakukan aksi Demo atas terjadinya serangan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Sedihnya, di Media TV kita melihat aksi demo yang anarkis, menjadikan negeri ini sasaran yang salah atas aksi demo tersebut, justru lagi-lagi Polisi yang kena batunya. Polisi yang mengamankan negeri ini dari sikap-sikap anarkhisme demi ketentraman ketertiban masyarakat yang lebih banyak di hadapkan pada kondisi yang serba salah. Jika terpancing atau melakukan penangkapan dengan pentungan, kecaman bahwa polisi melakukan kekerasan akan segera tersiar. Disisi lain tidak mungkin Polisi membubarkan massa anarkis seperti itu dengan Diplomasi semata. tentu bentrokan pasti terjadi....
Jejaring Sosial pun menjadi media untuk menyalurkan aspirasi dan opini masyarakat atas peperangan yang terjadi di Gaza. Saya disini tidak menggunakan istilah serangan Israel semata, melainkan peperangan, karena kedua pihak tersebut melakukan hal yang serupa yaitu melakukan serangan yang juga mengakibatkan Korban Sipil.
Perlu kita mencermati akan keadaan seperti ini dengan bijak, apapun alasannya, menghilangkan nyawa orang lain adalah perbuatan dosa dari ajaran agama manapun di dunia. Yahudi yang merupakan suatu suku, juga merupakan suatu agama walaupun tidak semua Yahudi beragama Yahudi pun memiliki ajaran yang sama tentang suatu kebaikan.
Beragam opini yang emosional dengan mengumpat dan mengharapkan kehancuran dan kemusnahan suatu suku bangsa dimana didalamnya tidak semua baik dan tidak semua jahat justru merupakan kerugian buat kita sendiri. Opini emosional seperti itu adalah sebuah Dosa, lantas kenapa kita mengabaikan akan Dosa ini padahal kita beropini itu diawali dengan pemikiran keberpihakan pada sebuah agama tertentu? lantas apa bedanya kita dengan Adolf Hitler yang menganggap diri dan kaumnya lebih dari yang lain ?
Ingatlah kawan, Tuhan menciptakan manusia ini dengan seadil-adilnya. Jika Tuhan tidak menghendaki akan suatu suku bangsa, adilkah Tuhan? Manusia tidak bisa memilih akan terlahir pada suku dan agama tertentu ataupun pada kondisi ekonomi dan sosial tertentu. Tuhan menurunkan hujan pun untuk semua orang, baik yang jahat maupun yang baik.
Ada anggapan bahwa setelah lahir manusia lah yang memilih jalan hidupnya sendiri akan suatu kebenaran tentang Tuhan. Lantas apabila di dunia ini, ada suatu suku yang tidak terkena imbas peradaban modern,tidak memiliki akses untuk mengenal beragam ajaran agama baik Islam, Kristen , Hindu dll. apakah mereka memiliki pilihan? tidak...mereka tidak punya pilihan untuk memilih jalan (agama), yang mereka tahu hanyalah adanya 'sesuatu' yang memiliki kekuatan diluar kekuatan manusia.
Mari kita merenung akan kehidupan ini, bahwa kita diciptakan sama,tidak patut kita menganggap diri kita maupun golongan kita lebih baik dari yang lain. Sepatutnya kita berdiri bergandengan tangan untuk saling peduli pada sesama, saling memahami dan menghargai perbedaan dan daripada berdebat tentang siapa yang lebih benar lebih baik tunjukan buahnya dari kebenaran yang kita anut. Ajaran sebaik apapun apabila tidak menghasilkan buah yang memberikan kebaikan bagi sesama, sama saja omong kosong. Nilailah manusia bukan dari status dan identitasnya melainkan dari 'buah' yang dihasilkan dari jalan hidupnya.
0 Komentar:
Posting Komentar